Monday, December 26, 2011

Mengapa Bisnis “ Startups” GAGAL ?


Mengapa Bisnis “ Startups” GAGAL ?
(sumber: Research – Inspire Magazine edisi 10. Disajikan untuk Entrepreneur Circle perdana 23 desember 2011)

Berdasarkan riset penelitian yang dilakukan oleh U.S. Bureau of Labor Statistics menunjukkan bahwa hampir enam dari sepuluh perusahaan baru terpaksa tutup dalam waktu empat tahun sejak didirikan. Riset lain yang dilakukan memperlihatkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun kira-kira hanya 29% dari perusahaan ini yang masih beroperasi. Riset ini berlaku untuk nilai rata-rata semua industri. Memang belum ada angka riset tersebut untuk usaha di Indonesia, karena belum ada penelitian yang dilakukan, namun angka hasil penelitian tersebut tentu dapat kita jadikan acuan ataupun sekedar motivasi supaya tidak terjembab dalam hal yang serupa.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, sejumlah pengamat usaha merumuskan faktor-faktor apa saja yang banyak menyebabkan perusahaan-perusahaan Startups gagal. Hal ini diharapkan dapat membantu para entrepreneur memahami apa yang harus dilakukan dalam menjalankan bisnis baru.

·         Eksekusi Yang Buruk
Dibandingkan gagasan yang cerdas, eksekusi yang tepat dan mengena lebih menjadi suatu hal vital bagi keberhasilan usaha yang baru.  Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari kegagalan eksekusi adalah:
-          Lakukan evaluasi yang jujur atas kekuatan/keterampilan yang dikuasai, sehingga kita hanya memburu peluang yang seiring dengan kekuatan kita.
-          Lebih bijak jika kita dikelilingi oleh orang-orang berbakat yang tidak ragu untuk berbicara terus terang.

·         Pasar Yang tidak Bergairah
Seringkali para pelaku usaha menginvestasikan banyak uang dan tenaga untuk suatu gagasan bagus dengan harapan konsumen akan muncul dengan sendirinya. Seringkali hal ini menjadi sia-sia. Telah banyak perusahaan yang gagal karena pendirinya menghabiskan seluruh sumber daya untuk suatu produk tanpa mempertimbangkan bagaimana caranya menarik pelanggan. Yang lebih buruk, banyak yang tidak memahami hal apa saja yang dianggap bernilai oleh pelanggan dan membuat mereka mau membayarnya. Penting sekali untuk melakukan validasi pasar sebelum kita meluncurkan produk, berbicaralah dengan calon pelanggan hal-hal apa saja yang mereka butuhkan dan anggap bernilai.

  
·         Leverage Yang Berlebihan
Sebuah perusahaan yang matang dapat memperkirakan prediksi pendapatan selama beberapa kuartal ke depan. Hal ini menjadikannya dapat berhati-hati dalam menggunakan Leverage yang ada. Baik utang maupun biaya operasional tetap. Banyak perusahaan baru yang mengalami over leverage. Untuk menghindarinya, sebaiknya kita menjaga sebagian besar biaya operasional bersifat variabel di saat awal hingga perusahaan berjalan sementara waktu untuk meramalkan penjualan kedepan. Tundalah untuk mengambil utang tetap sebelum dapat diperoleh perkiraan potensial pelanggan yang besar. Perkirakan waktu yang tepat misalnya untuk mengambil kantor yang lebih besar atau tambahan tenaga ahli yang baru.

·         Kapitalisasi Yang Rendah
Banyak entrepreneur yang meremehkan jumlah waktu dan modal yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas (BEP), sehingga menyebabkan banyak usaha mati prematur. Bersikaplah konservatif sementara dalam merencanakan keuangan, dan perhitungkan biaya untuk menutupi kegagalan produksi di tahap awal hingga perusahaan mencapai cash flow positif.

·         Tidak Memiliki Keunggulan Kompetitif
Pelaku usaha baru seringkali memulai usaha yang sangat mirip sehingga rentan terhadap persaingan, pesaing baru, dan terjadi perang harga. Untuk berkembang, di tahap awal kita memerlukan keunggulan kompetitif yang membedakan dari pesaing. Walaupun keunggulan ini tidak bersifat permanen, setidaknya memberikan waktu untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang baru.

·         Bersaing Head to Head dengan Pemimpin Industri
Suatu tanda yang jelas usaha akan gagal, jika pelaku usaha baru memasuki pasar dan langsung bersaing Head to Head dengan pemimpin industri yang sudah mapan. Lakukanlah inovasi.  

·         Mengambil Ceruk Pasar yang Terlampau Kecil
Sebagian besar pelaku usaha baru memang dapat bertahan melawan pemimpin industri dengan mengambil suatu ceruk pasar. Namun kita perlu benar-benar berhati-hati dan yakin bahwa ceruk pasar tersebut cukup besar untuk menopang bisnis kita. Jangan sampai konsumen menjadi harus membayar mahal atau kesulitan dalam mengakses produk kita.

·         Tim Pendiri Pecah
Perusahaan baru bisa menjadi tempat dengan tingkat stress yang tinggi, terutama di saat krisis dan usaha “padam”. Hal ini dapat menimbulkan pecahnya tim pendiri. Pecahnya tim pendiri akan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan baru yang belum stabil. Untuk menghindarinya, buatlah kesepakatan yang detail agar seluruh tim pendiri mendapatkan perlakuan yang adil.

·         Strategi Harga yang Buruk
Strategi menetapkan harga yang umum adalah dengan rumus Cost + Margin laba. Hal ini dapat dilakukan, namun kadang menyebabkan adanya hal underpricing terhadap produk yang kita miliki. Misalnya biaya produksi kita Rp. 300.000, dan harapan laba Rp. 50.000, maka harga jual kita Rp. 350.000. padahal bisa saja konsumen menilai produk kita seharga Rp. 400.000. hal yang lebih buruk lagi adalah dapat terjadinya overpricing karena penetapan harga berbasis biaya sangat terkait dengan volume penjualan. Jika volume penjualan sedikit, maka biaya produksi meningkat, dan menyebabkan harga jual pun meningkat. Untuk menghindarinya, lakukan penetapan harga dengan hati-hati dan berdasarkan persepsi nilai pelanggan terhadap produk kita.

·         Tumbuh Terlampau Cepat
Pertumbuhan dapat menjadi indikasi keberhasilan suatu bisnis, namun pertumbuhan yang tidak terkendali dapat menjadi kendala tersendiri. Penyebabnya, bisnis memerlukan fondasi dan system yang tangguh untuk tumbuh, dan seringkali hal ini dilupakan karena terdesaknya waktu di tahap-tahap awal perkembangan bisnis. Selanjutnya, pertumbuhan yang cepat tentu membutuhkan investasi dan infrastruktur tambahan yang tetap. Jika pertumbuhan terkendali, perusahaan dapat membiayainya dari internal cash flow usaha. Tetapi jika pertumbuhan terlampau cepat, dapat mengguncang cashflow dan memaksa perusahaan terjerumus dalam hutang, karena pelaku usaha cenderung lebih fokus kepada profit dibandingkan cashflow. Jangan pernah lupakan bahwa Cash is King! Buatlah analisis cash flow yang tepat, jangan mengharapkan keuntungan yang massif dulu di tahap awal, tapi jangan sampai juga menanggung kerugian.  



-Budi Krisnadi-

No comments:

Post a Comment