Saturday, January 7, 2012

Bukan Menyamakan, melainkan Menyelaraskan


Entrepreneur Circle #2  (6 Januari 2012)

Menjelang "digelarnya" EC #2.. diawali kabar oleh Budi Dermawan yang menjadi pembawa materi diskusi kali ini, bahwa beliau sakit dan tidak bisa hadir (cepet sembuh ya Bud..), otomatis materi diskusi yang telah dipersiapkannya pun ditunda dulu untuk sementara, dan harus dicari materi "spontan" untuk menjadi tema diskusi.

Apa pun situasinya, EC #2 tetap berjalan, walaupun tanpa keynote speaker dan dihadiri oleh dua orang, saya dan Fia. Beruntunglah Fia dengan spontan memulai diskusi melalui obrolan cerita ringan namun inspiratif.

Detail uraian cerita dan obrolannya tentu tidak bisa diulas secara gamblang, karena menyangkut sisi private dalam kisah perjalanan dan pembelajaran Fia. Namun, banyak point-point inspiratif yang satu sisi bisa saya ungkapkan dalam pandangan kewirausahaan dan pengembangan personal. 

Trust and Tolerant
Fia menyiratkan prinsip ini dalam perjalanannya. Trust menjadi suatu keyakinan/kepercayaan terhadap seseorang atau suatu hal, dan menjadi landasan utama dalam berinteraksi. Tidak mudah untuk membangun kepercayaan, namun lebih sulit lagi untuk memperbaiki kepercayaan yang telah rusak. Hal ini tentu berlaku pula dalam menjalankan usaha, menjaga kepercayaan dua arah antara pengusaha dan customer tentu menjadi titik vital dalam keberlangsungan interaksi jangka panjang kedua belah pihak, sekali saja kepercayaan itu rusak, bukan hal yang mudah untuk memperbaikinya kembali.

Tolerant menyangkut sikap menghargai dan memberikan ruang terhadap pilihan orang lain. Termasuk di dalamnya memberikan kesempatan untuk tetap menjaga keleluasaan ruang-ruang private yang dimiliki setiap orang. Dalam tataran bisnis, tolerant dapat diaplikasikan dalam bentuk sikap menghargai preferensi konsumen terhadap suatu barang/jasa, dan juga pilihan-pilihan yang diambil oleh konsumen menyangkut nilai suatu barang / jasa.

Bukan Menyamakan, melainkan Menyelaraskan.
Point inspiratif ini menjadi salah satu sorotan utama yang menurut saya melingkupi semua hal sebelumnya. Hal ini merupakan penghargaan terhadap nilai yang dimiliki setiap orang, dan persepsi yang berbeda terhadap suatu hal. Perbedaan ini bukan untuk disamakan atau kita perlu menyamakan, yang diperlukan adalah menyelaraskan perbedaan-perbedaan yang ada itu. Brilliant! bayangkan jika kita dapat menyelaraskan perbedaan kebutuhan serta keinginan konsumen dan pengusaha, tentu hal ini dapat menjadi hubungan jangka panjang yang kondusif antara konsumen dan pengusaha tanpa perlu menyamakan perbedaan nilai, persepsi pribadi, dan kepentingan.

Niat dan Ikhlas.
Point inspiratif ini pada akhirnya menjadi pelengkap dari semua aktivitas yang ada. Dalam kisahnya Fia pun menyiratkan bahwa niat lah yang menjadi penentu dalam setiap aktivitas yang dijalankan. dan dengan niat yang sungguh-sungguh, tentu segala aktivitas yang dilakukan dapat berjalan lancar serta dimudahkan. Ikhlas menjadi suatu sikap akhir yang menentukan langkah selanjutnya. Ikhlas dalam menerima semua hasil yang telah diperjuangkan, ikhlas menerima setiap kegagalan dan ujian, ikhlas dalam menerima semua konsekuensi dari hal-hal yang telah dikerjakan ataupun diupayakan. Apa pun situasi yang dihadapi, jika niat kita teguh dan dijalani dengan ikhlas, tentu akan menjadi modal kuat untuk tetap melangkah maju menuju tahap berikutnya.

Menyenangkan sekali obrolan ringan yang menyiratkan banyak hal inspiratif petang ini. Seiring habisnya santapan spaghetti a la arose, ice lemon tea, dan sweet ice tea di jendela lantai 2 Little White Cafe, Entrepreneur Circle #2 pun telah usai. Sampai ketemu 2 minggu ke depan di Entrepreneur Circle #3 :)

- Budi Krisnadi - 

No comments:

Post a Comment